• Gairah Kakak Kelas Tetek Sekal

    Waktu itu tahun 1988 dikala aku baru saja menjadi mahasiswa semester satu sebuah perguruan tinggi komputer familiar di Depok (di sebelah sebuah universitas negeri beken).

  • Perawan Desa Seberang Yang Misterius

    Nama ku Anto (nama samaran) saya seorang pelayan restoran di Kota M. Biasanya 2minggu sekali aku pulang ke rumah karena kami di sediakan mess oleh bos kami.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Balutan Cinta Dalam Gejolak Birahi

 Balutan Cinta Dalam Gejolak Birahi

Balutan Cinta Dalam Gejolak Birahi


Cerita Seks - Dalam kehidupan Val ada beberapa pria, tetapi hanya tiga yang membuatnya berkesan. Di antara yang tiga ini, adalah Arya, seorang pria Indonesia dengan sedikit darah Belanda di tubuhnya (ayahnya Ambon-Belanda, dan ibunya seorang Jawa). Mereka bertemu ketika masih sama-sama kuliah di Bedford, Inggris. Pada awalnya mereka cuma berteman, dan Val menyukai Arya yang jauh lebih easy going dibanding teman-teman Asia lainnya. Selain itu, Arya bisa bermain piano, sesuatu yang selalu menjadi kekaguman Val.

Selama kuliah, hubungan mereka tidak pernah lebih dari teman. Baru setelah keduanya lulus, hubungan itu agak berubah. Kebetulan Val mendapat pekerjaan di sebuah perusahaan Inggris yang memiliki kantor cabang di Indonesia, dan Arya pernah pula bekerja paruh waktu di kantor yang sama. Mereka sering bepergian berdua, dan akhirnya memutuskan untuk tinggal bersama dalam satu apartemen. Sejak itulah, hubungan seksual menjadi bagian dari persahabatan mereka. Hanya saja, persahabatan itu tak pernah berkembang lebih jauh.

Keduanya tidak pernah saling mengucap cinta, dan keduanya tahu bahwa masing-masing punya orang-orang lain yang dicintai. Arya adalah pria Asia satu-satunya yang bercinta dengan Val, dan bagi Val ia adalah sesuatu yang istimewa. Tetapi Val juga tahu, perbedaan budaya keluarga mereka berdua sangatlah besar untuk dijembatani dengan sesuatu yang lebih jauh dari persahabatan. Maka jadilah hubungan keduanya sebagai hubungan persahabatan dan seksual belaka. Beberapa kali mereka pernah mencoba melihat peluang untuk meningkatkan hubungan, tetapi sekian kali pula mereka merasa tidak menemukan persamaan.

Tidak berapa lama setelah Val mendapat kedudukan manajer dan dikirim ke Indonesia untuk mewakili perusahaannya, Arya mendapat pekerjaan di Amerika Serikat. Perasaan duka menyelimuti keduanya ketika kenyataan itu tiba. Setelah hampir dua tahun hidup bersama, sulit juga rasanya berpisah. Walaupun tidak menangis, Val merasa sebuah kekosongan terjadi dalam hidupnya ketika mereka berpisah di Heathrow Airport di London. Mereka berjanji akan terus berhubungan, karena toh Arya masih memiliki orang tua di Jakarta dan sesekali akan datang menjenguk Val.

Ketika pesawat British Airways yang membawanya ke Indonesia sudah berada 10.000 kaki di atas permukaan bumi, Val menghela nafas panjang, dan tiba-tiba menyadari bahwa kedua matanya ternyata agak basah oleh air mata. Begitulah akhirnya Val dan Arya dipisahkan oleh Lautan Pasifik. Kantor Arya ada di Boston, dan Val di Jakarta. Tetapi untunglah ada e-mail yang bisa menjadi media bertukar berita di antara mereka.

Dan setelah dua bulan, keduanya menjadi sama- sama sibuk dan perlahan-lahan semakin jarang bertukar berita. Pada bulan keenam di Indonesia, Val sudah hampir tak pernah mengirim dan menerima e-mail dari Arya, dan kesibukan membuatnya tidak terlalu merasa kehilangan. Sampai suatu hari, di bulan September, sembilan bulan setelah mereka berpisah, Val mendapat sepotong berita pendek dari Arya …will visit my old folks in this Thursday, see you there… Val terpana memandang layar PC-nya, seperti tak percaya bahwa ternyata ia akan segera bertemu Arya lagi.

Dari tak percaya, perasaannya segera berubah gembira, dan ia mengangkat kedua tangan sambil berteriak, “Yess!”, membuat sekretarisnya terkejut. “I’m okay, Evi…” ucap Val sambil tertawa kecil melihat sekretarisnya melongo, “I’m more than okay, actually…” “Shall I write it down?” jawab Evi menggoda, karena ia memang sedang bersiap menerima dikte dari boss wanitanya ini. Val pun tambah keras terbahak. Arya tiba malam hari dan langsung menuju rumah orang tuanya. Dari sana ia menelpon Val, dan membuat janji untuk bertemu Sabtu siang ini.

Dengan kaos t-shirt merah tua yang ketat dan rok jean Levi’s, Val datang ke rumah orang tua Arya untuk menjemputnya. Kedua orang tua Arya telah mengenal Val dengan baik, dan keduanya memaksa Val untuk makan siang, yang tentunya tak bisa ditolak. Sebetulnya, makan siang itu enak sekali: ayam panggang bumbu rujak, gado-gado dan udang goreng kering. Tetapi Val dan Arya merasa tidak lapar.

Sejak bertemu, yang ada di dalam diri mereka cuma gejolak rindu bercampur birahi. Bagi Val, inilah pertama kali di Indonesia ia merasakan gejolak seperti itu. Ia begitu ingin segera memeluk Arya yang kini tampak lebih putih dengan rambut dicukur rapi. Ia ingin segera bercumbu dengan pria yang ia tahu sangat hangat di ranjang ini. Tetapi, di depan kedua orang tuanya dan dua adik perempuannya, Val menjaga diri sekuat hati. Untunglah Arya membantunya dengan juga bersikap menahan diri. Kalau tidak ada keluarga Arya, mereka pasti sudah bergumul dan bercumbu saat itu juga. Setelah tiga jam yang sangat menyiksa Val dan Arya, setelah minum kopi yang disediakan ibu, barulah mereka berdua bisa keluar rumah.

Mereka bilang ingin jalan-jalan berdua, dan kedua orang tua Arya mengangguk mahfum, tanpa banyak tanya lagi. Maka setelah berbasa-basi mengucapkan permisi, keduanya pun melesat menuju apartemen Val di bilangan Kebayoran Baru. Arya yang memegang setir, dan Val duduk rapat-rapat. Sepanjang jalan, Val meremas-remas paha Arya, menggeser-geserkan payudaranya yang sintal ke lengan Arya, membuat Arya was-was takut menabrak mobil di depannya. Val sudah sangat bergairah ingin bercumbu, dan badannya terasa hangat seperti bara yang siap berkobar menjadi api. Untunglah jalan-jalan tidak terlalu ramai di Sabtu sore ini, sehingga akhirnya mereka tiba di apartemen Val sebelum matahari terbuka. Agen Bola Terpercaya

Cepat- cepat mereka keluar dari mobil dan bagai dua remaja berlarian menuju lobby. Sesampai di kamar apartemennya, Val terburu- buru ke kamar mandi. Cepat-cepat diloloskannya celana dalam yang sudah agak basah di bagian bawahnya. Lalu ia masuk ke bath-tub dan mengambil sabun wangi. Diusapnya seluruh kewanitaanya dengan busa-busa sabun, lalu dibasuhnya dengan air hangat. Ia ingin agar kewanitaannya harum menggairahkan malam ini, karena ia tahu Arya akan memberikan sesuatu yang selama ini menjadi favorit Val: lidahnya yang panas dan cekatan! Keluar dari kamar mandi, Val melihat Arya sudah ada di kamar tidur, membuka kaos dan jeans-nya, sehingga hanya bercelana dalam. Dengan mata bergairah, dipandangnya tubuh yang kokoh dan atletis itu. Val sangat mengagumi tubuh Arya yang coklat kehitaman, tidak seperti tubuhnya yang baginya terlalu putih. Sebuah denyut birahi terasa di kewanitaannya setiap kali Val memandang tubuh lelaki itu.
 Balutan Cinta Dalam Gejolak Birahi

Cepat-cepat dibukanya t-shirt, beha dan roknya, lalu ia segera menyusul Arya ke kamar tidur. Sejak dari rumah Arya tadi, Val sudah dilanda birahi. Ia ingin segera bermain cinta dengan lelaki menggairahkan ini. Terakhir kalinya ia bertemu Arya hampir setahun lalu, itu pun dalam sebuah permainan cinta yang terburu-buru, karena mereka sedang sama-sama sibuk. Kejadiannya juga di sebuah motel kecil di Bedford, sesaat sebelum Val berangkat ke Indonesia dan Arya bertugas ke Amerika Serikat.

Tanpa basa-basi, Arya mendorong tubuh Val ke kasur, menyebabkan gadis pirang yang seksi ini terjerembab di kasur empuk. Keduanya sudah seperti diburu-buru oleh nafsu yang bergejolak tak tertahankan. Arya menerkam tubuh putih mulus yang sintal dan padat itu dengan penuh gairah. Val menjerit manja menyambutnya. Mereka berguling-gulingan saling berciuman, saling meremas, saling menindih. Sprei dan bantal segera berantakan dibuatnnya. Arya segera mengambil inisiatif kala tubuh mereka sudah terasa panas bergejolak. Didorongnya Val dengan lembut agar tidur menelentang. Setengah dari badannya terletak di luar ranjang, sehingga kedua kakinya yang indah menggantung di pinggir ranjang.

Lalu Arya berjongkok di antara kedua kaki Val, dan Val dengan tegang menunggu layanan istimewa kekasihnya. Inilah permainan pembukaan yang selalu dinantinya dengan penuh antisipasi. Belum apa-apa, Val sudah bergidik menahan geli yang akan segera datang. Arya pun menciumi paha yang mulus ditumbuhi bulu-bulu halus itu, membuat Val mengerang pelan. Apalagi kemudian Arya mulai menjilati pahanya, menelusuri bagian bawah lututnya. Val menggelinjang kegelian. Val merasa pahanya bergetar lembut ketika lidah Arya mulai menjalar mendekati selangkangnya. Panas dan basah rasanya lidah itu, meninggalkan jejak sensasi sepanjang perjalanannya. Val menggeliat kegelian ketika akhirnya lidah itu sampai di pinggir bibir kewanitaannya yang telah terasa menebal.

Ujung lidah Arya menelusuri lepitan-lepitan di situ, menambah basah segalanya yang memang telah basah itu. Terengah-engah, Val mencengkeram rambut Arya dengan satu tangan, perlahan menekan, memaksa pria itu segera menjilatnya di daerah yang paling sensitif. Dengan satu tangan lainnya, Val menguak lebar bibir-bibir basah di bawah itu, memperlihatkan liang kemerahan yang berdenyut-denyut, dan sebuah tonjolan kecil di bagian atas yang telah mengeras.
Lidah Arya menuju ke sana, perlahan sekali. Val mengerang, “Come on…. come on..”, bisiknya gelisah. Rasanya lama sekali, membuat Val bagai layang-layang yang sedang diulur pada saat seharusnya ditarik. Val mati angin. Tak berdaya, tetapi sekaligus menikmati ketidakberdayaan itu. Arya akhirnya menjilat bagian kecil yang menonjol itu, menekan-nekan dengan ujung lidahnya, memutar-mutar sambil menggelincirkannya. Val menjerit tertahan, kedua tangannya melayang lalu jatuh mencengkram sprei. Geli sekali rasanya, ia sampai menggeliat mengangkat pantatnya, menyorongkan lebih banyak lagi kewanitaannya ke mulut Arya. Serasa seluruh tubuhnya berubah menjadi cair, menggelegak bagai lahar panas. Arya kini menghisap-hisap tonjolan yang seperti sedang lari bersembunyi di balik bungkus kulit kenyal yang membasah itu.

Tubuh Val berguncang di setiap hisapan, sementara mulutnya tak berhenti mengerang. Terlebih-lebih ketika satu jari Arya menerobos liang kewanitaannya, lalu mengurut-urut dinding atasnya, mengirimkan jutaan rasa geli bercampur nikmat ke seluruh tubuh Val. Kedua kakinya yang indah terbuka lebar, terkuak sejauh-jauh mungkin, karena Val ingin Arya menjelajahi semua bagian kewanitaannya. Semuanya! Maka Arya pun melakukannya. Ia tidak hanya menjilat dan menghisap, tapi juga menggigit pelan, memutar-mutarkan lidahnya di dalam liang yang panas membara itu, mendenguskan nafas hangat ke dalamnya, membuat Val berguncang-guncang merasakan nikmat yang sangat. Dua jari Arya kini bermain-main di sana, keluar-masuk dengan bergairah, menggelitik dan menggosok-gosok, menekan-nekan dan mengurut.

Cairan-cairan hangat memenuhi seluruh kewanitaan Val, mulai membasahi bibir dan dagu Arya. Jari-jari yang keluar-masuk itu pun telah basah, menimbulkan suara berkecipak yang seksi. Val menggelinjang tak tahan lagi, merasakan puncak birahi melanda dirinya. Matanya terpejam menikmati sensasi yang meletup-letup di sela-sela pahanya, di pinggulnya, di perutnya, di dadanya, di kepalanya, di mana-mana! Arya merasakan kewanitaan Val berdenyut liar, bagai memiliki kehidupan tersendiri. Warnanya yang merah basah, kontras sekali dengan rambut- rambut pirang di sekitarnya, dan dengan tubuhnya yang putih seperti pualam.

Dari jarak yang sangat dekat, Arya dapat melihat betapa liang kewanitaan Val membuka-menutup dan dinding-dindingnya berdenyut-denyut, sepertinya jantung Val telah pindah ke bawah. Arya juga bisa melihat betapa otot-otot di pangkal paha Val menegang seperti sedang menahan sakit. Kedua kakinya terentang dan sejenak kaku sebelum akhirnya melonjak-lonjak tak terkendali. Arya terpaksa harus memakai seluruh bahu bagian atasnya untuk menekan tubuh Val agar tak tergelincir jatuh. Begitu hebat puncak birahi melanda Val, sampai dua menit lamanya perempuan yang menggairahkan ini bagai sedang dilanda ayan. Ia menjerit, lalu mengerang, lalu menggumam, lalu hanya terengah-engah. Arya bangkit setelah Val terlihat agak tenang.

Berdiri, ia melepas celana dalamnya. Kelaki- lakiannya segera terlihat tegak bergerak-gerak seirama jantungnya yang berdegup keras. Val masih menggeliat-geliat dengan mata terpejam, menampakkan pemandangan sangat seksi di atas hamparan sprei satin mewah berwarna biru muda. Tangan Val mencengkram sprei bagai menahan sakit, kedua pahanya yang indah terbuka lebar, kepalanya mendongak menampakkan leher yang mulus menggairahkan, rambut pirangnya terurai bagai membingkai wajahnya yang sedang berkonsentrasi menikmati puncak birahi. Arya menempatkan dirinya di antara kaki Val, lalu mengangkat kedua paha Val, membuat kewanitaannya semakin terbuka.
 Balutan Cinta Dalam Gejolak Birahi

Val tersadar dari buaian orgasmenya, dengan segera menuntun kejantanan Arya memasuki gerbang kewanitaannya. Tak sabar, ia menjepit pinggang Arya dengan kedua kakinya, membuat pria itu terhuyung ke depan, dan dengan cepat kelaki-lakiannya yang tegang segera melesak ke dalam tubuh Val. Bagi Arya, rasanya seperti memasuki cengkraman licin yang panas berdenyut. Bagi Val, rasanya seperti diterjang batang membara yang membawa geli-gatal ke seluruh dinding kewanitaannya. Belum apa-apa, Val sudah terlanda gelombang puncak birahinya yang kedua. Begitu cepat! Arya pun segera melakukan tugasnya dengan baik, mendorong, menarik kejantanannya dengan cepat. Gerakannya ganas, seperti hendak meluluh- lantakkan tubuh putih Val yang sedang menggeliat-geliat kegelian itu.

Tak kenal ampun, kejantanan Arya menerjang-nerjang, menerobos dalam sekali sampai ke dinding belakang yang sedang berkontraksi menyambut orgasme. Val menjerit-jerit nikmat, menyuruh Arya lebih keras lagi bergerak, mengangkat seluruh tubuh bagian bawahnya, sehingga hanya bahu dan kepalanya yang ada di atas kasur. Arya mengerahkan seluruh tenaganya untuk memenuhi permintaan Val. Otot-otot bahu dan lengannya kelihatan menegang dan berkilat-kilat karena keringat. Pinggangnya bergerak cepat dan kuat bagai piston mesin-mesin di pabrik.

Suara berkecipak terdengar setiap kali tubuhnya membentur tubuh Val, ramai sekali di sela-sela derit ranjang yang bergoyang sangat keras. Val tak lagi sadar sedang berada di mana. Ia berteriak bagai kesetanan merasakan kenikmatan yang ganas dan liar. Seluruh tubuhnya terasa dilanda kegelian, kegatalan yang membuat otot- otot menegang. Kewanitaannya terasa kenyal menggeliat-geliat, mendatangkan kenikmatan yang tak terlukiskan. Setiap kali kejantangan Arya menerobos masuk, ia merasa bagai tersiram berliter-liter air hangat yang memijati seluruh tubuhnya.

Setiap kali Arya menariknya keluar, Val merasa bagai terhisap pusaran air yang membawanya ke sebuah alam penuh kenikmatan belaka. Dengan mata terus terpejam, Val menjeritkan penyerahan sekaligus pengesahan atas datangnya puncak birahi yang tak terperi. Arya merasakan kejantanannya bagai sedang dipilin dan dihisap oleh sebuah mulut yang amat kuat sedotannya. Ia pun tak tertahankan lagi, memuncratkan seluruh penantian panjangnya, memuntahkan seluruh rasa terpendamnya, bercipratan membanjiri seluruh rongga kewanitaan Val yang sedang megap-megap dilanda orgasme. Val mengerang merasakan siraman birahi panas yang seperti hendak menerobos setiap pori-pori di tubuhnya. Val mengerang dan mengerang lagi, sebelum akhirnya terjerembab dengan tubuh bagai lumat di atas kasur.

Arya menyusul roboh menimpa tubuh putih yang licin oleh keringat itu. Nafas mereka berdua tersengal-sengal bagai perenang yang baru saja menyelesaikan pertandingan di kolam renang. “Oh, kamu ganas sekali, Arya. Betul-betul ganas…” kata Val akhirnya, setelah ia berhasil mengendalikan nafasnya yang memburu. Arya cuma menggumam, menenggelamkan kepalanya di antara dua payudara Val yang besar dan lembut itu.

Setelah beberapa saat, Val bertanya, “Berapa lama kamu di sini, Arya?” “Aku harus berangkat kembali Senin pagi”, jawab Arya diwarnai keengganan. Val terdiam. Singkat sekali pertemuan ini, pikirnya. Sambil memeluk Arya, ia menggumam, “Kalau begitu kamu harus menginap di sini.” “Bagaimana kalau aku tidak mau…” jawab Arya menggoda. “Kalau begitu, aku yang menginap di rumah orang tuamu..” sahut Val cepat-cepat. Arya tertawa, “Kalau begitu, sebaiknya aku menginap di sini!” Dengan gemas Val berguling menindih tubuh Arya, menggigit bahunya cukup keras sehingga Arya tersentak dan membalasnya dengan menggulingkan kembali tubuh Val.

Mereka berdua tertawa-tawa seperti anak-anak bermain gulat. Cairan-cairan cinta mereka berjatuhan menimpa sprei, melekat di tubuh mereka berdua, sebuah perpaduan tubuh putih mulus dan tubuh coklat. Malam itu mereka bercumbu tak henti-hentinya sampai pagi. Bagi Val, inilah percumbuan terpanjangnya dengan Arya, dan justru terjadi saat mereka tak lagi tinggal bersama! Judi Online
Share:

Cerita Perkosaan Tiga Orang Gadis

 Cerita Perkosaan Tiga Orang Gadis

Cerita Perkosaan Tiga Orang Gadis


Cerita Seks - Sebenarnya aku tidak istimewa, wajahku juga tidak terlalu tampan, tinggi dan bentuk tubuhku juga biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa dalam diriku. Tapi entah kenapa aku banyak disukai wanita. Bahkan ada yang terang-terangan mengajakku berkencan. Tapi aku tidak pernah berpikir sampai ke sana. Aku belum mau pacaran. Waktu itu aku masih duduk di bangku kelas dua SMA. Padahal hampir semua teman-temanku yang laki, sudah punya pacar. Bahkan sudah ada yang beberapa kali ganti pacar.

Tapi aku sama sekali belum punya keinginan untuk pacaran. Walau sebenarnya banyak juga gadis-gadis yang mau jadi pacarku. Waktu itu hari Minggu pagi. Iseng-iseng aku berjalan-jalan memakai pakaian olah raga. Padahal aku paling malas berolah raga. Tapi entah kenapa, hari itu aku pakai baju olah raga, bahkan pakai sepatu juga. Dari rumahku aku sengaja berjalan kaki. Sesekali berlari kecil mengikuti orang-orang yang ternyata cukup banyak juga yang memanfaatkan minggu pagi untuk berolah raga atau hanya sekedar berjalan-jalan menghirup udara yang masih bersih. Tidak terasa sudah cukup jauh juga meninggalkan rumah.

Dan kakiku sudah mulai terasa pegal. Aku duduk beristirahat di bangku taman, memandangi orang-orang yang masih juga berolah raga dengan segala macam tingkahnya. Tidak sedikit anak-anak yang bermain dengan gembira. Belum lama aku duduk beristirahat, datang seorang gadis yang langsung saja duduk di sebelahku. Hanya sedikit saja aku melirik, cukup cantik juga wajahnya. Dia mengenakan baju kaos yang ketat tanpa lengan, dengan potongan leher yang lebar dan rendah, sehingga memperlihatkan seluruh bahu serta sebagian punggung dan dadanya yang menonjol dalam ukuran cukup besar. Kulitnya putih dan bersih celana pendek yang dikenakan membuat pahanya yang putih dan padat jadi terbuka. Cukup leluasa untuk memandangnya.

Aku langsung berpura-pura memandang jauh ke depan, ketika dia tiba-tiba saja berpaling dan menatapku. "Lagi ada yang ditunggu?", tegurnya tiba-tiba. Aku terkejut, tidak menyangka kalau gadis ini menegurku. Cepat-cepat aku menjawab dengan agak gelagapan juga. Karena tidak menduga kalau dia akan menyapaku. "Tidak.., Eh, kamu sendiri..?", aku balik bertanya. "Sama, aku juga sendirian", jawabnya singkat. Aku berpaling dan menatap wajahnya yang segar dan agak kemerahan.

Gadis ini bukan hanya memiliki wajah yang cukup cantik tapi juga punya bentuk tubuh yang bisa membuat mata lelaki tidak berkedip memandangnya. Apalagi pinggulnya yang bulat dan padat berisi. Bentuk kakinya juga indah. Entah kenapa aku jadi tertarik memperhatikannya. Padahal biasanya aku tidak pernah memperhatikan wanita sampai sejauh itu. "Jalan-jalan yuk..", ajaknya tiba-tiba sambil bangkit berdiri. "Kemana?", tanyaku ikut berdiri. "Kemana saja, dari pada bengong di sini", sahutnya. Tanpa menunggu jawaban lagi, dia langsung mengayunkan kakinya dengan gerakan yang indah dan gemulai.

Bergegas aku mengikuti dan mensejajarkan ayunan langkah kaki di samping sebelah kirinya. Beberapa saat tidak ada yang bicara. Namun tiba-tiba saja aku jadi tersentak kaget, karena tanpa diduga sama sekali, gadis itu menggandeng tanganku. Bahkan sikapnya begitu mesra sekali. Padahal baru beberapa detik bertemu. Dan akujuga belum kenal namanya. Dadaku seketika jadi berdebar menggemuruh tidak menentu. Kulihat tangannya begitu halus dan lembut sekali. Dia bukan hanya menggandeng tanganku, tapi malah mengge1ayutinya. Bahkan sesekali merebahkan kepalanya dibahuku yang cukup tegap. "Eh, nama kamu siapa..?", tanyanya, memulai pembicaraan lebih dulu.

"Angga", sahutku. "Akh.., kayak nama perempuan", celetuknya. Aku hanya tersenyum saja sedikit. "Kalau aku sih biasa dipanggil Ria", katanya langsung memperkenalkan diri sendiri. Padahal aku tidak memintanya. "Nama kamu bagus", aku memuji hanya sekedar berbasa-basi saja. "Eh, boleh nggak aku panggil kamu Mas Angga?, Soalnya kamu pasti lebih tua dariku", katanya meminta. Aku hanya tersenyum saja. Memang kalau tidak pakai seragam Sekolah, aku kelihatan jauh lebih dewasa. Padahal umurku saja baru tujuh belas lewat beberapa bulan.

Dan aku memperkirakan kalau gadis ini pasti seorang mahasiswi, atau karyawati yang sedang mengisi hari libur dengan berolah raga pagi. Atau hanya sekedar berjalan-jalan sambil mencari kenalan baru. "Eh, bubur ayam disana nikmat lho. Mau nggak..?", ujarnya menawarkan, sambil menunjuk gerobak tukang bubur ayam. "Boleh", sahutku. Kami langsung menikmati bubur ayam yang memang rasanya nikmat sekali. Apa lagi perutku memang lagi lapar. Sambil makan, Ria banyak bercerita.

Sikapnya begitu riang sekali, membuatku jadi senang dan seperti sudah lama mengenalnya. Ria memang pandai membuat suasana jadi akrab. Selesai makan bubur ayam, aku dan gadis itu kembali berjalan-jalan. Sementara matahari sudah naik cukup tinggi. Sudah tidak enak lagi berjalan di bawah siraman teriknya mentari. Aku bermaksud mau pulang. Tanpa diduga sama sekali, justru Ria yang mengajak pulang lebih dulu. "Mobilku di parkir disana..", katanya sambil menunjuk deretan mobil-mobil yang cukup banyak terparkir.

"Kamu bawa mobil..?", tanyaku heran. "Iya. Soalnya rumahku kan cukup jauh. Malas kalau naik kendaraan umum", katanya beralasan. "Kamu sendiri..?" Aku tidak menjawab dan hanya mengangkat bahu saja. "Ikut aku yuk..", ajaknya langsung. Belum juga aku menjawab, Ria sudah menarik tanganku dan menggandeng aku menuju ke mobilnya. Sebuah mobil starlet warna biru muda masih mulus, dan tampaknya masih cukup baru. Ria malah meminta aku yang mengemudi. Untungnya aku sering pinjam mobil Papa, jadi tidak canggung lagi membawa mobil. Ria langsung menyebutkan alamat rumahnya.

Dan tanpa banyak tanya lagi, aku langsung mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya yang berada di lingkungan komplek perumahan elite. sebenarnya aku mau langsung pulang. Tapi Ria menahan dan memaksaku untuk singgah. "Ayo..", Sambil menarik tanganku, Ria memaksa dan membawaku masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia langsung menarikku ke lantai atas. Aku jadi heran juga dengan sikapnya yang begitu berani membawa laki-laki yang baru dikenalnya ke dalam kamar. "Tunggu sebentar ya..", kata Ria setelah membawaku ke dalam sebuah kamar. Dan aku yakin kalau ini pasti kamar Ria. Agen Bola Terpercaya

Sementara gadis itu meninggalkanku seorang diri, entah ke mana perginya. Tapi tidak lama dia sudah datang lagi. Dia tidak sendiri, tapi bersama dua orang gadis lain yang sebaya dengannya. Dan gadis-gadis itu juga memiliki wajah cantik serta tubuh yang ramping, padat dan berisi. Aku jadi tertegun, karena mereka langsung saja menyeretku ke pembaringan. Bahkan salah seorang langsung mengikat tanganku hingga terbaring menelentang di ranjang. Kedua kakiku juga direntangkan dan diikat dengan tali kulit yang kuat. Aku benar-benar terkejut, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kejadiannya begitu cepat dan tiba-tiba sekali, hingga aku tidak sempat lagi menyadari. "Aku dulu.., Aku kan yang menemukan dan membawanya ke sini", kata Ria tiba-tiba sambil melepaskan baju kaosnya. Kedua bola mataku jadi terbeliak lebar.

Ria bukan hanya menanggalkan bajunya, tapi dia melucuti seluruh penutup tubuhnya. Sekujur tubuhku jadi menggigil, dadaku berdebar, dan kedua bola mataku jadi membelalak lebar saat Ria mulai melepaskan pakaian yang dikenakannya satu persatu sampai polos sama sekali.. Akhh tubuhnya luar biasa bagusnya.. baru kali ini aku melihat payudara seorang gadis secara dekat, payudaranya besar dan padat. Bentuk pinggulnya ramping dan membentuk bagai gitar yang siap dipetik, Bulu-bulu vaginanya tumbuh lebat di sekitar kemaluannya. Sesaat kemudian Ria menghampiriku, dan merenggut semua pakaian yang menutupi tubuhku, hingga aku henar-benar polos dalam keadaan tidak berdaya. Bukan hanya Ria yang mendekatiku, tapi kedua gadis lainnya juga ikut mendekati sambil menanggalkan penutup tubuhnya. "Eh, apa-apaan ini? Apa mau kalian..?", aku membentak kaget.
 Cerita Perkosaan Tiga Orang Gadis

Tapi tidak ada yang menjawab. Ria sudah menciumi wajah serta leherku dengan hembusan napasnya yang keras dan memburu. Aku menggelinjang dan berusaha meronta. Tapi dengan kedua tangan terikat dan kakiku juga terentang diikat, tidak mudah bagiku untuk melepaskan diri. Sementara itu bukan hanya Ria saja yang menciumi wajah dan sekujur tubuhku, tapi kedua gadis lainnya juga melakukan hal yang sama. Sekujur tubuhku jadi menggeletar hebat Seperti tersengat listrik, ketika merasakan jari-jari tangan Ria yang lentik dan halus menyambar dan langsung meremas-remas bagian batang penisku.

Seketika itu juga batang penisku tiba-tiba menggeliat-geliat dan mengeras secara sempurna, aku tidak mampu melawan rasa kenikmatan yang kurasakan akibat penisku di kocok-kocok dengan bergairah oleh Ria. Aku hanya bisa merasakan seluruh batangan penisku berdenyut-denyut nikmat. Aku benar-benar kewalahan dikeroyok tiga orang gadis yang sudah seperti kerasukan setan. Gairahku memang terangsang seketika itu juga. Tapi aku juga ketakutan setengah mati. Berbagai macam perasaan berkecamuk menjadi satu. Aku ingin meronta dan mencoba melepaskan diri, tapi aku juga merasakan suatu kenikmatan yang biasanya hanya ada di dalam hayalan dan mimpi-mimpiku. Aku benar-benar tidak berdaya ketika Ria duduk di atas perutku, dan menjepit pinggangku dengan sepasang pahanya yang padat.

Sementara dua orang gadis lainnya yang kutahu bernama Rika dan Sari terus menerus menciumi wajah, leher dan sekujur tubuhku. Bahkan mereka melakukan sesuatu yang hampir saja membuatku tidak percaya, kalau tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Saat itu juga aku langsung menyadari kalau gadis-gadis ini bukan hanya menderita penyakit hiperseks, tapi juga biseks. Mereka bisa melakukan dan mencapai kepuasan dengan lawan jenisnya, dan juga dengan sejenisnya. Bahkan mereka juga menggunakan alat-alat untuk mencapai kepuasan seksual. Aku jadi ngeri dan takut membayangkannya.

Sementara itu Ria semakin asyik menggerak-gerakkan tubuhnya di atas tubuhku. Meskipun ada rasa takut dalam diriku, tetapi aku benar-benar merasakan kenikmatan yang amat sangat, baru kali ini penisku merasakan kelembutan dan hangatnya lubang vagina seorang gadis, lembut, rapat dan sedikit basah, Riapun merasakan kenikmatan yang sama, bahkan sesekali aku mendengar dia merintih tertahan. Ria terus menggenjot tubuhnya dengan gerakan-gerakan yang luar biasa cepatnya membuatku benar-benar tidak kuasa lagi menerima kenikmatan bertubi-tubi aku berteriak tertahan. Ria yang mendengarkan teriakanku ini tiba-tiba mencabut vaginanya dan secara cepat tangannya meraih dan menggenggam batang penisku dan melakukan gerakan-gerakan mengocok yang cepat, hingga tidak lebih dari beberapa detik kemudian aku merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa berbarengan dengan spermaku yang menyemprot dengan derasnya.
Ria terus mengocok-ngocok penisku sampai spermaku habis dan tidak bisa menyemprot lagi tubuhku merasa ngilu dan mengejang. Tetapi Ria rupanya tidak berhenti sampai disitu, kemudian dengan cepat dia dibantu dengan kedua temannya menyedot seluruh spermaku yang bertebaran sampai bersih dan memulai kembali menggenggam batang penisku erat-erat dengan genggaman tangannya sambil mulutnya juga tidak lepas mengulum kepala penisku. Perlakuannya ini membuat penisku yang biasanya setelah orgasme menjadi lemas kini menjadi dipaksa untuk tetap keras dan upaya Ria sekarang benar-benar berhasil.

Penisku tetap dalam keadaan keras bahkan semakin sempurna dan Ria kembali memasukkan batangan penisku ke dalam vaginanya kembali dan dengan cepatnya Ria menggenjot kembali vaginanya yang sudah berisikan batangan penisku. Aku merasakan agak lain pada permainan yang kedua ini. Penisku terasa lebih kokoh, stabil dan lebih mampu meredam kenikmatan yang kudapat. Tidak lebih dari sepuluh menit Ria memperkosaku, tiba-tiba dia menjerit dengan tertahan dan Ria tiba-tiba menghentikan genjotannya, matanya terpejam menahan sesuatu, aku bisa merasakan vagina Ria berdenyut-denyut dan menyedot-nyedot penisku, hingga akhirnya Ria melepaskan teriakannya saat ia merasakan puncak kenikmatannya.

Aku merasakan vagina Ria tiba-tiba lebih merapat dan memanas, dan aku merasakan kepala penisku seperti tersiram cairan hangat yang keluar dari vagina Ria. Saat Ria mencabut vaginanya kulihat cairan hangat mengalir dengan lumayan banyak di batangan penisku.. Setelah Ria Baru saja mendapatkan orgasme, Ria menggelimpang di sebelah tubuhku. Setelah mencapai kepuasan yang diinginkannya, melihat itu Sari langsung menggantikan posisinya. Gadis ini tidak kalah liarnya. Bahkan jauh lebih buas lagi daripada Ria. Membuat batanganku menjadi sedikit sakit dan nyeri. Hanya dalam tidak sampai satu jam, aku digilir tiga orang gadis liar. Mereka bergelinjang kenikmatan dengan dalam keadaan tubuh polos di sekitarku, setelah masing-masing mencapai kepuasan yang diinginkannya. Sementara aku hanya bisa merenung tanpa dapat berbuat apa-apa.
 Cerita Perkosaan Tiga Orang Gadis

Bagaimana mungkm aku bisa melakukan sesuatu dengan kedua tangan dan kaki terikat seperti ini..? Aku hanya bisa berharap mereka cepat-cepat melepaskan aku sehingga aku bisa pulang dan melupakan semuanya. Tapi harapanku hanya tinggal angan-angan belaka. Mereka tidak melepaskanku, hanya menutupi tubuhku dengan selimut. Aku malah ditinggal seorang diri di dalam kamar ini, masih dalam keadaan telentang dengan tangan dan kaki terikat tali kulit. Aku sudah berusaha untuk melepaskan diri. Tapi justru membuat pergelangan tangan dan kakiku jadi sakit. Aku hanya bisa mengeluh dan berharap gadis-gadis itu akan melepaskanku. Sungguh aku tidak menyangka sama sekali. Ternyata ketiga gadis itli tidak mau melepaskanku.

Bahkan mereka mengurung dan menyekapku di dalam kamar ini. Setiap saat mereka datang dan memuaskan nafsu birahinya dengan cara memaksa. Bahkan mereka menggunakan obat-obatan untuk merangsang gairahku. Sehingga aku sering kali tidak menyadari apa yang telah kulakukan pada ketiga gadis itu. Dalam pengaruh obat perangsang, mereka melepaskan tangan dan kakiku. Tapi setelah mereka mencapai kepuasan, kembali mengikatku di ranjang ini. Sehingga aku tidak bisa meninggalkan ranjang dan kamar ini.

Dan secara bergantian mereka mengurus makanku. Mereka memandikanku juga di ranjang ini dengan menggunakan handuk basah, sehingga tubuhku tetap bersih. Meskipun mereka merawat dan memperhatikanku dengan baik, tapi dalam keadaan terbelenggu seperti ini siapa yang suka? Berulang kali aku meminta untuk dilepaskan. Tapi mereka tidak pernah menggubris permintaanku itu. Bahkan mereka mengancam akan membunuhku kalau berani berbuat macam-macam. Aku membayangkan kalau orang tua dan saudara-saudara serta semua temanku pasti kebingungan mencariku. Karena sudah tiga hari aku tidak pulang akibat disekap gadis-gadis binal dan liar ini. Meskipun mereka selalu memberiku makanan yang lezat dan bergizi, tapi hanya dalam waktu tiga hari saja tubuhku sudah mulai kelihatan kurus. Dan aku sama sekali tidak punya tenaga lagi.

Bahkan aku sudah pasrah. Setiap saat mereka selalu memaksaku menelan obat perangsang agar aku tetap bergairah dan bisa melayani nafsu birahinya. Aku benar-benar tersiksa. Bukan hanya fisik, tapi juga batinku benar-benar tersiksa. Dan aku sama sekali tidak berdaya untuk melepaskan diri dari cengkeraman gadis-gadis binal itu. Tapi sungguh aneh. Setelah lima hari terkurung dan tersiksa di dalam kamar ini, aku tidak lagi melihat mereka datang. Bahkan sehari semalam mereka tidak kelihatan. Aku benar-benar ditinggal sendirian di dalam kamar ini dalam keadaan terikat dan tidak berdaya. Sementara perutku ini terus menerus menagih karena belum diisi makanan. Aku benar-benar tersiksa lahir dan batin. Namun keesokan harinya, pintu kamar terbuka.

Aku terkejut, karena yang datang bukan Ria, Santi atau Rika Tapi seorang lelaki tua, bertubuh kurus. Dia langsung menghampiriku dan membuka ikatan di tangan dan kaki. Saat itu aku sudah benar-benar lemah, sehingga tidak mampu lagi untuk bergerak. Dan orang tua ini memintaku untuk tetap berbaring. Bahkan dia memberikan satu stel pakaian, dan membantuku mengenakannya. "Tunggu sebentar, Bapak mau ambilkan makanan", katanya sambil berlalu meninggalkan kamar ini. Dan memang tidak lama kemudian dia sudah kembali lagi dengan membawa sepiring nasi dengan lauk pauknya yang mengundang selera. Selama dua hari tidak makan, membuat nafsu makanku jadi tinggi sekali. Sebentar saja sepiring nasi itu sudah habis berpindah ke dalam perut. Bahkan satu teko air juga kuhabiskan. Tubuhku mulai terasa segar. Dan tenagaku berangsur pulih.

"Bapak ini siapa?", tanyaku "Saya pengurus rumah ini", sahutnya. "Lalu, ketiga gadis itu..", tanyaku lagi. "hh.., Mereka memang anak-anak nakal. Maafkan mereka, Nak..", katanya dengan nada sedih. "Bapak kenal dengan mereka?", tanyaku. "Bukannya kenal lagi. Saya yang mengurus mereka sejak kecil. Tapi saya tidak menyangka sama sekali kalau mereka akan jadi binal seperti itu. Tapi untunglah, orang tua mereka telah membawanya pergi dari sini. Mudah-mudahan saja kejadian seperti ini tidak terulang lagi", katanya menuturkan dengan mimik wajah yang sedih. Aku juga tidak bisa bilang apa-apa lagi. Setelah merasa tenagaku kembali pulih, aku minta diri untuk pulang. Dan orang tua itu mengantarku sampai di depan pintu. Judi Online

Kebetulan sekali ada taksi yang lewat. Aku langsung mencegat dan meminta supir taksi mengantarku pulang ke rumahku. Di dalam perjalanan pulang, aku mencoba merenungi semua yang baru saja terjadi. Aku benar-benar tidak mengerti, dan hampir tidak percaya. Seakan-akan semua yang terjadi hanya mimpi belaka. Memang aku selalu menganggap semua itu hanya mimpi buruk. Dan aku tidak berharap bisa terulang lagi. Bahkan aku berharap kejadian itu tidak sampai menimpa orang lain. Aku selalu berdoa semoga ketiga gadis itu menyadari kesalahannya dan mau bertobat. Karena yang mereka lakukan itu merupakan suatu kesalahan besar dan perbuatan hina yang seharusnya tidak perlu terjadi. TAMAT
Share:

Bekas Suami Bos Menodai Aku

 Bekas Suami Bos Menodai Aku
Cerita Seks - Aku datang ke Malaysia lima tahun lalu. Bekerja dengan sebuah keluarga Cina dengan gaji yang dijanjikan lumayan. Mulanya aku cuak juga bekerja di rumah bukan Islam, bagaimana makanku, solatku, kena masak babi ke dan banyak yang bermain di kepala. Tetapi kerana kesempitan hidup aku tabahkan hati dan bekerja dengan mereka.

Bos perempuan sungguhlah garang, banyak sekali aku makan hati sebab semuanya tidak kena. Hanya tidak memasak, yang lain aku buat. Sebab mereka makan di luar dan akan membeli makanan untuk aku. Mula aku cuak juga apa yang dibeli, halal atau haram tetapi aku dipastikan makanan Melayu atau makanan mamak. Betul pun makanan Cina lain rasanya, orang Melayu cara masak lain dan mamak mestilah lain juga. Aku senang cara begini disebabkan aku tidak payah susah hati memasak ‘ba alif ba ya’ atau ayam pancung… ya, yang tidak bersembelih.

Namun walaupun kerjanya menjaga seorang anak kecil dan mengemas rumah, aduh tidak mudah ya. Anak berumur tiga tahun asyik menangis dan selalu sakit tetapi kerana aku juga ada anak, biasalah budak kecil yang menangis, meragam dan sakit. Yang seorang berumur lapan, pagi pergi sekolah, petang balik.

Sekali pandang memang tidak banyak kerja… mengemas rumah tidaklah susah sangat, lagipun hanya dua bilik yang dibenarkan masuk. Bilik anak lelakinya dan satu lagi bilik bayi, dan rumah pun tidak besar mana, beres mengemas tak sampai dua jam. Jadi masa lain melayan bayi.

Bila bos pergi kerja memang seronok tetapi kalau bos ada rumah banyaklah ‘complaint’nya cara menyuap budak salah, cara menyapu salah, menyidai baju pun ada caranya. Letihnya bukan apa banyak sangat songehnya membuat aku keliru, yang mana betul yang mana salah. Kadang-kadang aku diherdik tetapi aku diam aje. Cukup bulan aku tunggu lagi, tengok duit, aku diam dan bekerja lagi sebab wang itu mahu dihantar ke kampung untuk anak-anak makan. Biarlah mak mereka merana di sini asalkan anak-anak makan dan bersekolah.

Suami bos jarang di rumah… katanya banyak bisnes di tempat lain. Aku pun tidak berapa kisah dengan hal rumahtangga mereka, dia ada ke tak ada tiada membawa makna pada ku, lagipun aku tengok dia macam baik aje, cakap pun suara tak berapa dengar. Aku hanya dengar suara bininya sahaja.

Satu hari hendak dijadikan cerita, aku tengah menggosok pakaian, dan anaknya menangis, dia menjerit menyuruh aku tengok budak yang menangis. Jeritan itu pun buat aku tergamam dan dalam masa kelam kabut aku sudah rosakkan bajunya. Ya Allah aku menggigil kerana aku tahu apa habuan aku selepas ini. Tetapi aku mesti mengkhabarkan akan kerosakan baju itu, baju yang mahal agaknya. Aku bukan sahaja dimarah tetapi disepak dan waktu itu suaminya balik, melihat peristiwa di depan mata. Aku tidak tahu apa yang diceritakan kepada suaminya tetapi suaminya diam sahaja. Kemudian aku diberitahu untuk ‘pack’ baju. Katanya dia tidak mahu tengok muka aku lagi. Ke mana aku mahu pergi, entah aku tidak tahu, tidak kenal jiran sebelah menyebelah. Suami memujuk sang isteri barangkali dan keesokan harinya barulah aku mahu dihantar, tetapi hantar ke mana. Ke lapangan ke, ke polis ke, ke mana ke aku pun tidak tahu. Disuruhnya campak aku di bas stesyen. Tetapi suaminya baik, katanya kamu diam-diam aku tidak hantar kamu balik tetapi kerja dengan ini orang Cina.

Rupanya orang Cina yang dikatakannya ialah tempat beberapa kerja di restoran. “Aku tidak mahu masak, aku tidak mahu makan babi. Aku katakan kepada dia.” “Bukan, tinggal di sini dulu nanti aku uruskan kamu bekerja di pejabat kerja sapu pejabat.” Itu sudah lebih daripada bagus, memang aku suka kerja yang begini.

Aku dihantar ke Johor Bahru bekerja di pejabat, rupanya dia antara bos di situ. Aku dilayan baik diberi bilik kecil untuk aku tinggal di situ. “Permit kerja-kerja rumah, tetapi kamu diam diam jangan cerita sama sapa. Itu aku punya bini memang itu perempuan banyak kecoh mulut, bising itu sebab aku tidak suka balik rumah. Dia otak banyak tidak betul… itu sebab aku simpan perempuan lain.” “Mesti sebab bos simpan perempuan dia marah.” “Betullah tetapi mana tahan dengan dia bising bising, tengok itu hari sebab baju satu kampung dengar dia punya jerit.”

Kami menjadi kawan dan walau bekerja di pejabat sebenarnya dia melayan aku dengan baik. Bila dia ada dia belikan aku makanan, beri aku macam-macam sampai orang ingat aku ini dia punya pacar. Satu hari dia belikan aku baju, cantik sangat baju itu dan dia mahu aku pergi potong rambut, mekap dan buat kuku, dia hantar aku ke salon. Mulanya aku ragu-ragu juga tetapi dia kata, jangan susah hati ini malam sahaja jadi saya punya girlfriend, sebab saya punya girlfriend tidak ada ini malam. Dia balik kampung.

Rupanya sudah rambut dipotong, sudah pakai baju cantik dan mekap aku sendiri tidak sangka aku lihat diri di cermin, aku sangat cantik. Bila sudah siap, dia sendiri terkejut, “Yanti cantik ya,” katanya. “Kawan-kawan mesti terkejut nanti.”

Betul aku dibawa ke sebuah majlis. Parti apa pun aku tidak tahu dan yang menariknya dia tidak layan aku macam pekerja tetapi macam girlfriendnya. Kawan-kawan pun layan aku baik dan baru aku rasa aku seorang wanita. Selama ini aku merasakan aku ini macam tiada nilai diri, berlumus dengan peluh, dengan daki, dimarah dimaki dan dihina. Hari ini aku merasa menjadi perempuan yang sejati dilayani sebaiknya, dan aku jadi seronok. Seronoklah kalau ada orang melayani begini. Itu hanya pernah aku rasai pada mula aku berkahwin, kemudian suami buat hal dan aku ditampar diterajang. Sebab itu aku lari ke sini sebab tidak tahan dengan seksaan suami. Aku minta diceraikan dan meninggalkan kampung halaman. Judi Bola Online

Malam itu aku dihantar pulang, dan katanya bila-bila dia perlukan teman dia akan mengajak aku. Selalu jugalah aku menemaninya tetapi memang dia tidak pernah mengambil kesempatan dengan aku… aku hormat dia dan dia hormat aku.

Episod seterusnya syarikat itu diambil alih oleh orang Indon yang kaya raya. Mereka menggunakan perkhidmatan cleaner dan aku tidak disenaraikan di dalam pekerjanya. Aku merayu untuk mendapat kerja lalu aku dihantar ke rumah salah seorang bos. Aku menjadi bibik di situ. Tuan Cina aku dulu pun hilang tanpa khabar berita, aku pun tidak tahu dia ke mana dan mengapa semuanya berubah sekelip mata.

Bos perempuan aku ini, mengetahui aku orang Indon dia pun seperti di rumah-rumah orang kaya Indon, mereka memanglah sombong dengan pekerja tetapi aku pun tidak kisah asal gaji dapat. Aku mahu kerja paling lama pun dua tahun lagi, kerana bila cukup wang mahu pulang dan buka bisnes kecil-kecilan. Aku pandai menjahit tetapi tidak ku beritahu mereka sebab nanti bertambah-tambah kerja tetapi kerja di rumah orang Indon lagilah susah semua kena buat. Memasak, dan semuanya tetapi yang paling aku tidak mahu buat tetapi disuruh juga buat ialah memandikan anjingnya. Ya Allah aku rasa mahu lari dari situ tetapi pas kerja semua sudah beres dan aku terpaksa melayan semuanya.

Suaminya juga orang Indon, tidak sombong tetapi ada satu perangai yang buat aku kadang-kadang takut, dia suka tengok aku atas bawa dan bermain mata dengan aku. Aku sebenarnya takut, masakan aku boleh ceritakan kepada isterinya. Lama-lama aku perhatikan wajahnya, aku pula teringat dia ini antara kawan-kawan bos lama aku dulu, Simon. Patutlah macam aku kenal dia dan dia juga macam buat signal yang aku ini pernah ditemui. Satu hari masa isterinya tiada di rumah dia tanya aku sama ada aku kenal Mr. Simon. Aku tidak mahu mengaku untuk keselamatan tetapi dia bukan bodoh. Dia sudah ingat aku ini perempuan simpanan Simon, sebab Simon bawa aku beberapa kali. Tentu dia ingat aku juga boleh dibawa ke ranjang barangkali.

Bila isterinya tiada di rumah, dia cuba ambil kesempatan. Menggoda itu selalu tetapi satu malam, bilamana isteri dan anak-anaknya pergi bercuti, (aku ingat dia turut serta rupanya tidak) dan semua orang lain tiada di rumah, dia berjaya menarik aku ke ranjang. Aku diratah sehabis mahu, berkali-kali dia mahu melakukan seks, kalau aku melawan sudah tentu lagi sakit lantaran aku biarkan sahaja dia meratah setiap inci tubuhku. “Bapak puas?” Tanyaku sambil menangis. “Kalau jadi apa-apa aku beritahu ibu.” “Jangan kamu berani,” ugutnya.

Selepas kejadian itu aku menjadi amat takut dan mujurlah aku datang bulan, dan aku selamat daripada termengandung anak luar nikah. Sungguh aku benci melihat wajahnya, walaupun dikira dia kacak, pada aku dia rupa jembalang, berbeza Simon walau pendek, dan sepet tetapi hatinya baik. Aku teringat dia memberikan aku telefon, katanya bila mahu hubungi anak di Indon pakai sahaja dan habis kredit aku tambah. Sungguh dia berhati mulia tetapi dia di mana? Si keparat ini pula siapa? Aku juga ingin tahu di mana Simon untuk aku minta tolong melepaskan aku dari tempat neraka ini.

Aku amat cemas bila rumah sunyi dan isterinya tiada di rumah. Dia ada tukang kebun dan dengan si tukang kebun itulah aku buat baik supaya aku tidak keseorangan kalau orang lain keluar. Malam aku akan mengunci dan walaupun diketuk dan suara kemarahan menyuruh aku buka pintu, tidak aku buka, sebab aku tidak mahu peristiwa itu berlaku lagi.

Entah apa kot yang diceritakan kepada isterinya, sang isteri pula bertambah kurang ajar dengan aku. Tetapi dia di hadapan isteri macam tiada apa, kadang-kadang cuba tanya anak dan cerita hal-hal di Indonesia. Aku langsung tidak minat.

Satu pagi masa bersarapan dia memberitahu aku Simon dijumpai mati. Aku terketar mendengar ceritanya, hendak tahu lebih lanjut aku tidak berani sebab aku mengaku tidak mengenali Simon. “Simon gengster tu?” jawab isterinya. “Ya si gengster.” Gengster kata mereka tetapi sedikitpun aku tidak percaya. Dan apa terjadi dua minggu selepas itu, si ibu memberitahu yang dia ada tetamu minta aku masak sedap-sedap. Di belinya pelbagai dan sepagi aku memasak… dan nah dari jauh aku melihat kereta masuk di kawasan rumah. Itu kereta bini Simon tempat aku bekerja dulu. Aku serba salah, sebab aku tidak mahu dia mengenali aku, lagi susah hidup aku nanti. Tetapi apa cara pun aku tidak dapat mengelak.

Makanan dihidangkan, aku cuba menyorok tidak keluar di meja makan, tetapi tidak mungkin aku tidak dipanggil ibu… dan bila dia ternampak aku, tahu apa dia buat? Dia menerkam aku. ”Ini bibik orang jahat!” Katanya kepada ibu. “Ke sini rupanya kamu? Awas nanti dia akan ambil you punya husband!”

Si ibu merenung bagaikan hendak makan aku. Oh sorry aku tidak mahu makan masakannya, dulu dia beri aku punya Simon makan, dan Simon sudah gila dengannya. Tanya dia dia kenal tak Simon?”

Apa ini, aku macam tidak percaya dia menuduh aku dan aku juga cuba fikirkan bagaimana dia tahu aku pernah diajak ke parti oleh Simon dan betulkah Simon sudah meninggal, aku tidak tahu.

Keadaan jadi hura hara, “Kalau saya ibu, saya hantar dia pergi Port Klang dan biar dia cari sendiri jalan pulang, jangan pun dibeli tiket kapal terbang.” Sebenarnya aku pun lebih suka dihantar balik daripada tinggal di situ, satu cara aku dapat melepaskan diri daripada jerat laki yang menodai aku.

“Aku ada gambar Simon dengan dia,” kata lagi si perempuan Cina ini. Lagi aku terkejut, “Ini perempuan bukankah kamu?” Ditunjukkan gambar aku. Sempat juga aku menjawab, “Kalau aku secantik ini aku tidak bekerja rumah orang, baik aku jadi perempuan simpanan sesiapa.” Dan semua terdiam. “Tipu, dia kuat tipu, dia goda aku punya suami!” Judi Online

“Apalah perempuan gila ini cakap?” kata aku dalam hati. “You tahu aku juga ada bukti, Simon tulis dalam secret FB nya yang aku tahu itulah dia. Dia mahu masuk Islam dan menikahi seseorang dan orang itu jangan sesiapa terkejut kerana tulisnya dia itu bekas maid di rumah aku. Aku menyayanginya dan aku akan beritahu dia satu hari yang aku menikah dengannya.”

Aku terkedu mendengar cerita si nyonya… tetapi mana Simon? Betulkah dia dijumpai mati, seperti yang diceritakan oleh ibu dan bapak dua minggu sebelum ini? Aku jadi keliru… dan doakan bukan dia yang mati.

Tembelang mereka pecah, sepandai tupai melompat akhirnya jatuh juga. Semuanya adalah dirancang dan lakonan semata sebab mereka pasti akulah perempuan yang dibawa Simon ke parti beberapa kali. Bapak itulah yang memecahkan rahsia, dia buat ini semua sebab takut aku buka cerita dia memperkosa aku. Dia ingat dia boleh selalu buat kerja kotor itu tetapi tidak, aku sudah tahu taktiknya dan buat semua rancangannya terhalang.

Benar mereka mahu aku tertanya-tanya tentang Simon dan itu boleh mengesahkan kisah aku dan Simon. Bila mereka mengada-adakan cerita dan buat sedih dengan kematian Simon mereka mahu lihat reaksi aku tetapi aku juga pandai berlakon, sekali aku kata aku tidak kenal tidak akan ku cakap sebaliknya. Ibu dan bapak membawa isteri Simon memang untuk memalukan aku, tetapi mereka lupa yang aku sudah dapat satu alamat, betullah Simon sudah jatuh cinta dengan aku.

Aku memang pun dihantar pulang, di Port Klang ditinggalkan aku, untuk aku mencari jalan pulang. Tetapi ingat tak Simon pernah memberikan aku telefon, dan memang lama dia menghilangkan diri serta tidak menghubungi aku. Rupanya dia sengaja melakukan itu untuk melupakan aku tetapi dia tidak dapat melawan perasaannya.

Aku hantarkan Whatsapp memberitahu aku sudah pulang ke kampung halaman dan memberitahu Simon akan alamat rumah dan nombor lain untuk dihubungi. Andai benar Simon cinta aku dia akan menyusur kemudian lagipun jarak Medan dan Kuala Lumpur tidak jauh mana.

Simon datang satu hari, mahu mengambil aku sebagai isterinya tetapi sebelum itu dia mahu tinggal beberapa ketika di bumi Indonesia untuk belajar tentang Islam.

Hari ini aku sah menjadi isteri Simon.
Share:

Perawan Desa Seberang Yang Misterius

Nama ku Anto (nama samaran) saya seorang pelayan restoran di Kota M. Biasanya 2minggu sekali aku pulang ke rumah karena kami di sediakan mess oleh bos kami. Pada senin malam kemarin, tepatnya pada jam 12 malam aku dalam perjalanan pulang. Iya....sudah sangat larut sich...tapi karena aku pulang dari tempat kerja juga sudah jam 11.30 malam.

Dengan mengendarai sepeda motor kesayangan ku, aku pulang sendirian menuju rumah. Rumah ku masih termasuk pedesaan, dan sedikit melewati jalan yang gelap. Sebelum sampai di pedesaan tempat aku tinggal, aku harus melewati 1 desa lagi nama desanya desa Mawar.

Saat melewati depan gerbang desa itu, aku melihat wanita belia menggunakan baju kebaya berwarna putih. Wajahnya sangat cantik dan badannya juga padat berisi. Seketika aku terheran-heran, di tengah malam ada wanita secantik ini dipinggir jalan. Dan dia tersipu malu saat aku melihatnya.

Dalam hatiku, mana mungkin ada setan secantik dan sebohai ini. Dengan modal berani aku berhenti dan bertanya kepadanya.

"Mbak, malam gini kenapa masih di luar gini sendirian?",tanya ku.
"Ehmm, sedang menunggu jemputan bang...tapi ntah koq belum di jemput...",jawabnya dengan nada pelan.

"Ohh, rumahnya dimana? Boleh aku antar saja?" akupun menawarkan diri.
"Boleh jika tidak keberatan bang",jawabnya lagi.

Ternyata dia warga desa mawar, akan tetapi rumahnya terletak di ujung desa. Dan untuk pejalan kaki mungkin akan memakan waktu setengah jam untuk sampai.

Di perjalanan kami banyak ngobrol, dan aku juga sempat menanyakan namanya. Namanya Intan, dia seorang gadis perawan yang yatim piatu. Aku sempat kagum padanya, biarpun dia seorang perempuan tetapi dia rajin mencari uang untuk biaya hidupnya sendiri.

Sampainya di depan rumahnya, aku di ajak masuk untuk minum secangkir teh. Sambil minum teh, kamipun melanjutkan obrolan basa basi kami. Tidak terasa jam sudah menunjukkan jam 2 pagi. Akupun segera pamit, tetapi dia melarangku untuk pulang karena bahaya.

Diapun menawarkan untuk beristiharat di rumahnya, setidaknya sampai matahari terbit. Akupun mengiyakan tawarannya, padahal dalam hati pengen sich lebih lama melihatnya.

"Abang, tidur di ruang tamu saja ya intan!!!", kata ku.
"Gak apa" bang, di kamar saja. Kamar aku kan luas,abang bisa tidur di kasur bawah." jelasnya.
"Tapi aku bersih-bersih dulu ya bang",tambahnya lagi.
Waduh,,,ajimumpung nich pikir ku...

Waktu itu dia bertukar baju dengan baju tidur putih sedikit tipis dan terlihat belahan dadanya yang montok. Aku sempat terkagum-kagum dengan body mulusnya. Tapi lamunan ku ambyar saat dia memanggilku.

"Bang, kenapa koq melamun?", tanyanya.
"Ehh, gak apa-apa intan....",jawabku terkejut.

Setelah itu akupun tidur di kasur bawah dan dia tidur di kasur atas. Banyak kotorpun mulai menghampiri fikiran ku. Di tambah nafsuku yang bertambah setelah melihat badannya yang terbungkus baju tidur tipisnya.

Akupun beranikan diri untuk naik ke tempat tidurnya. Ternyata dia sudah tertidur pulas saat ini. Dengan posisi kaki yang sedikit terbuka, dan bajunya yang sedikit terangkat. Akupun mulai mengelus pahanya yang putih.

Tetapi seketika dia terkejut dari tidurnya dan sedikit berteriak. Akupun dengan reflek menutup mulutnya, dan menyuruhnya untuk diam. Setelah dia sedikit tenang dan tidak bersuara, akupun melepaskan tanganku dari mulutnya.

Terlihat dia sedikit takut, tapi tidak aku hiraukan lagi karena nafsu ku lebih besar saat ini. Well… wtf lah, aku gak peduli lagi, akhirnya aku cium Intan dengan buas. Aku mencium Intan dengan menghisap bibir bawahnya, Intan memberontak dan sedikit mendorongku.
Aku berhenti sejenak dan mencari cara supaya dia tidak berontak lagi. Aku buka baju tidurnya dengan paksa, dan aku sobek untuk aku ikatkan tangannya ke belakang. Kakinya aku juga ikat di tiang tempat tidurnya, kiri dan kanan. Itu membuat posisinya jadi pas untuk aku bereaksi.

Ku mulai lagi cium bibir kecilnya, kadang-kadang aku masukkan lidahku ke mulutnya. Selama ciuman, aku mengelus rambut Intan, kemudian elusanku turun ke punggungnya dan turun lagi ke pinggangnya. Kemudian aku memberanikan diri untuk meremas pantatnya. Intan melenguh kecil “Uhh….” sambil menekan selangkangannya kearah bawah.

Setelah beberapa kali mengelus bagian belakang sampai meremas pantatnya, aku meremas dadanya. Hmmm… payudara Intan mantap sekali. Besar sekali dibandingkan dengan tubuhnya. “Hmm… Hgmmm.. Hgmmm” lenguh Intan karena payudaranya diremas-remas olehku, dengan tidak melepaskan ciumannya.

Birahiku memuncak saat meremas-remas sepasang daging kenyal Intan. Kemudian aku mengelus punggung Intan kembali. Saat aku mengelus-elus punggungnya, aku elus juga bagian samping tubuhnya sehingga panggkal payudara ikut terelus.

Sepertinya Intan mulai menikmati elusanku. Gila, asik banget payudaranya. Payudaranya mancung kedepan dengan pentil yang kecil dan merah muda. Aku sangat menikmati meremas-remas payudara Intan. Terkadang tubuhnya bergetar sambil mengeluarkan lenguhan-lenguhan kecil “Uggrhh….ugrh….”

Aku mencoba untuk memegang vaginanya. Saat tersentuh, tubuh Intan seperti tersetrum, sambil melenguh “Uhh….”. Hmmm… ternyata Intan mulai terangsang. Vaginanya sudah sangat basah. Sekarang setiap aku menggosok bibir luar vaginanya, Intan memekik kencang “Ohgh….Ohgh…. Ohgh…..”. Kamu ngapain bang?” ucap Intan ketakutan. Tidak ku hiraukan lagi pertanyaannya. Segera aku buka celana dalamnya dan aku sumbatkan ke mulutnya.

Dia pun makin menjadi histerisnya saat dia tau sudah tidak ada harapan untuk di lepaskan. Dengan jari tengahku aku mencari klentitnya, kemudian aku usap perlahan. “Mhhhh…” teriak Intan samar" saat klentitnya aku usap.

Sempat aku buka kembali sumbatan pada mulutnya untuk mengisap kemaluanku. Setelah aku puas dengan mulutnya, aku sumbat kembali dan beralih ke vaginanya.

Aku posisikan tubuhku dan menuntun penisku ke vaginanya. Aku mulai mendorong penisku kedalam vagina Intan. Intan hanya memandangku sambil menangis. Saat penisku sudah masuk 1/2 Intan memekik dan matanya seperti menahan sakit yang amat sangat.

Tapi saat itu aku terlalu bernafsu dan tidak aku hiraukan rasa sakit yang dia rasakan. Tanpa ampun aku genjot dia, dan terlihat ada darah segar yang keluar. Setelah selang beberapa saat aku tekan kuat kuat dan aku dorong lagi sampai full.

Dia pun makin memekik sejadi-jadinya. Matanya terlihat sedikit merah dan terlihat syok. Tapi itu membuatku semakin bernafsu untuk memperkosanya. Ku cabut penisku sebentar dari vaginanya juga aku melihat darah mengalir. Hmmm…

Aku bersihkan dengan kain bekas darah perawannya dan aku masukkan kembali penisku. Aku percepat goyanganku, sekarang Intan mulai melenguh, “mhh…hh…hhh…” seirama dengan keluar masuknya penisku di vaginanya.

Dan aku buka cd yang ada dimulutnya. Karena aku pikir sudah aman dan dia juga sudah mulai keenakan. “Gila Tan, memek kamu enak banget, sempit banget”. kataku. Kadang aku berhenti sesaat kemudian aku tusuk dengan keras. Kadang aku tusuk kearah samping.

Tiba-tiba tubuh Intan sedikit menegang, sepertinya dia ingin orgasme. Aku percepat goyanganku, soalnya aku mau orgasme sama-sama. Akupun merasa aku sedikit lagi akan orgasme. Tiba-tiba tubuh Intan menegang dan terguncang hebat sambil berteriak “AKHHHH….”

Aku pun sudah tidak kuat lagi, tapi aku gak bisa melepaskan tubuhku dari Intan. Akhirnya aku nekat, aku tekan penisku dalam-dalam dan aku tembakkan spermaku ke rahim Intan 5 atau 6 kali. Aku puas sekali menggagahi Intan, dari merawanin sampai orgasme didalam memeknya.

Setelah beberapa lama akhirnya penisku mengecil dan Intan terlihat lemas. Aku dan Intan sempat istirahat sebentar dan sampai akhirnya aku perkosa kembali dia sebelum aku pulang.
Sambil meminta ampun supaya dikasihani dan di lepaskan, tetapi itu membuatku semakin tertantang. Kali ini aku setubuhi dia lebih ekstrim lagi. Aku masukkan penisku yang sudah keras ke dalam lobang anusnya. Dia sempat berontak dan aku terpaksa mengikatnya kembali.

Tanpa penutup mulut, aku sengaja ingin mendengar teriakkan kesakitannya saat aku mencabulinya. Aku cabuli dia tanpa ampun dan aku remas payudaranya dengan kuat. Semakin kencang aku genjot dia, semakin terasa ku ingin orgasme.

Aku cabut dan aku arahkan ke vaginanya, dan aku makin ganas memperkosanya. Terlihat dia seperti tidak bisa bernafas. Dan ku persingkat goyanganku, dan ku tekan kuat kuat ke dalam vaginanya. Akupun keluar dengan 4 sampai 5 kali semprotan. Aku tinggalkan dia dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Setelah beberapa hari kejadian itu aku merasa bersalah dan mencoba untuk kerumahnya untuk bertanggung jawab. Akan tetapi sesampai disana suasana tempatnya terlihat sangat berbeda. Yang terlihat hanyalah tanah kosong dan sedikit bagunan roboh bekas rumah warga.

Aku mencoba bertanya kepada warga sekitar dan mereka pun terheran-heran dengan pertanyaanku. Mereka mengatakan memang benar dulu ada warga yang bernama Intan. Tetapi sudah meninggal 5tahun yang lalu, akibat menjadi korban perampokan dan pemerkosaan.

Aku sempat syok dan pergi tanpa sepatah kata. Aku bertanya dalam hati, jika benar itu setan lalu mengapa terasa nyata saat aku memperkosanya. Dan sampai saat ini kejadian itu aku hanya bisa ceritakan di sini tanpa ada orang sekitar yang tahu.
Share:

Gairah Kakak Kelas Tetek Sekal

Waktu itu tahun 1988 dikala aku baru saja menjadi mahasiswa semester satu sebuah perguruan tinggi komputer familiar di Depok (di sebelah sebuah universitas negeri beken). Semua mahasiswa baru dikala itu diharuskan ikut serta kesibukan Jambore dan Bakti Sosial (Jambaksos) yang diadakan di sebuah areal perkemahan di tempat Sukabumi, Jawa Barat.

Pada hari yang ditetapkan, siang hari kami seluruh bersiap-siap di kampus tercinta, kemudian langsung diberangkatkan dengan memakai sebagian truk bak terbuka. Sesudah mencapai perjalanan lebih kurang tiga hingga empat jam, diakibatkan ada salah satu truk yang salah jalan sehingga seluruh truk lain semestinya membisu menunggu sebentar di suatu daerah, walhasil kami tiba di daerah tujuan kami. Hari telah mulai gelap. Kulihat sekeliling kami. Uh, mengerikan juga. Suasana sunyi dan gelap, maklum di tempat pegunungan yang tak terlalu banyak penduduknya. Yang terdengar cuma bunyi mesin diesel truk yang cukup bising. Akibatnya dengan konvoi truk satu persatu, kau menuju daerah terbuka sebagai daerah parkir truk-truk yang kami tumpangi hal yang demikian. Telah hingga?, Belum! Kami masih semestinya berjalan kaki lagi sebagian jauh lewat jalan setapak untuk menempuh daerah di mana kami akan mendirikan kemah-kemah kami.

Jam telah menampilkan pukul tujuh malam dikala kami menjelang zona perkemahan. Wah! Rupanya zona perkemahan telah diterangi oleh sebagian lampu sorot yang cukup besar energinya, yang telah disiapkan oleh regu panitia yang sudah mendahului kami ke sana satu hari sebelumnya. Mereka juga sudah mendirikan dua buah MCK darurat. Satu khusus cewek dan satu khusus cowok. Dengan tubuh sedikit letih pengaruh perjalanan yang cukup jauh, kami bahkan mendirikan kemah masing-masing dengan pengarahan sebagian orang panitia. Satu kemah diisi oleh satu grup yang terdiri dari empat hingga lima orang. Cewek dan cowok pisah kemah. Katanya sih, takut terjadi hal-hal yang tak diharapkan! Aku memang naas, grup aku semuanya terdiri dari si kecil-si kecil yang belum aku ketahui. Aku memang orangnya pemalu dan agak pengecut, sehingga kurang kencang dalam bergaul. Sesudah makan malam dan sedikit waktu rehat, diadakan briefing mengenai jadwal kesibukan Jambaksos di hari-hari selanjutnya. Briefing inilah satu-satunya acara yang diadakan pada hari pertama itu.

Tengah meniru briefing, tiba-tiba aku merasa berkeinginan pipis. Aku ragu-ragu untuk turun ke MCK yang didirikan di tepi sungai yang mengalir dekat perkemahan kami. Aku yang memang dasar pengecut, urung ke MCK hal yang demikian. Habis jalan ke sana cukup jauh lagipula gelap sekali. Sementara untuk minta dampingan salah seorang panitia malu rasanya. Akibatnya aku putuskan pergi ke balik semak yang sekelilingnya sepi dan agak tersembunyi serta agak jauh dari kerumunan orang-orang yang sedang meniru briefing.

Ah.., Lega rasanya sesudah aku mengeluarkan segala isi kantung kemih aku. Mungkin sekiranya ditampung di botol, separo liter ada. Aku memang membendung pipis dari waktu masih di tempat Bogor dikala perjalanan menuju kemari. Apalagi disupport oleh dinginnya udara pegunungan di sini hingga ke sumsum tulang.

“Hi hi hi hi.., Hei, ngapain kau di situ?!” Kelihatan dua orang panitia datang ke arah aku sambil cengengesan. Aku mengetahui mereka, yang satu namanya Lina (bukan nama hakekatnya), yang rambutnya sepundaknya sedikit kecoklatan, meski yang rambutnya hitam pekat dipotong pendek merupakan Rita (juga bukan nama hakekatnya). Kedua-duanya tinggi tubuhnya hampir sama. Sama-sama indah dan sama-sama sensual. Payudara merekapun termasuk berukuran besar dan membulat, dengan milik Rita sedikit lebih besar daripada milik Lina. Ini tampak dari balik kaus oblong cukup ketat yang mereka kenakan. Mereka berdua merupakan member seksi P3K.
“Aku.., aku lagi membuang air, Kak”, jawab aku dengan takut-takut. Namun Lina dan Rita bahkan mendekati dan melompat turun ke daerah persembunyian aku yang lokasinya sedikit di bawah areal perkemahan itu.
“Mengapa kau pipis di sini, hah?, Bukannya kita telah punya MCK sendiri di sana?”, tanya Lina.
“Habis, aku takut, Kak.” Aku masukkan penis aku dan aku naikkan kait retsleting celana aku. Lina dan Rita mengakak memperhatikan tindakan aku.

“Eit! Ini garasi jangan ditutup dahulu”, kata Rita sambil meremas selangkangan aku. Ouch! Kemudian tangannya membuka kembali retsleting yang sempat aku tutup.
“Wow! Ta, lihat, doi nggak pake celana dalam!”, Aku memang jarang mengenakan celana dalam apabila pergi ke mana-mana.
“Mana, Lin? Gue berkeinginan lihat”, sahut Rita mendekati selangkangan aku. Rita memberi daerah terhadap Lina. Lina memasukkan tangan kanannya ke dalam celah retsleiting aku. Ia mengelus-ngelus senjata aku dengan tangannya yang hangat, membikin aku mulai menggelinjang membendung sedap.
“Ta, doi belum disunat! Kau pernah main sama penis yang belum disunat?”, Lina mengeluarkan penis aku dari dalam sangkarnya. Rita cuma mengangkat bahunya saja.
“Eh, Oom Bergembira. Ini sanksi kau sebab telah membuang air sembarangan! Kini kau membisu aja yah!”, kata Lina sedikit melotot.
Lina mendekatkan penis aku ke mulutnya. Sebagian detik kemudian mulutnya sudah asyik menggilas penis aku. Ah, penis aku itu kian mengeras. Ini menambah keasyikan tersendiri bagi Lina yang terus mengulum penis aku yang sedangkan tak terlalu panjang melainkan berdiameter cukup besar. Mata aku hampir mencelat keluar sewaktu Lina menjilat-jilati ujung penis aku yang tegang melambung. Gelitikkan lidahnya yang sedap mulai membangkitkan gairah daya seksualitas aku yang selama ini terpendam.

“Lin! Bagi dong gue! Jangan kau habisin sendiri!”, Rita tak berkeinginan keok. Dia menuntun tangannya ke belakang pinggang aku, lalu dipelorotkannya celana panjang aku ke bawah sehingga menonjolkan penis aku yang kelihatan telah siap tempur. Dinginnya udara malam yang menikam kulit paha aku yang telanjang tak terasa, terhapus oleh kenikmatan yang sedang aku natural di selangkangan aku. Kemudian Rita mendekatkan bibirnya yang ranum dengan sapuan lipstik tipis ke penis aku. Lalu dengan lahapnya mereka berdua merajai penis aku dengan kuluman dan jilatan lidah mereka yang bertubi-tubi, membikin tubuh aku seperti tersentak-sentak menikmati kenikmatan yang duhai ini.

“aah.., Kak.., aku telah berkeinginan keluar..”, kata aku mendesah-desah. Namun Lina dan Rita tak mempedulikannya. Mereka masih asyik menjelajahi segala permukaan selangkangan aku dengan mulut dan lidah mereka yang seperti ular. Akibatnya dengan dua-tiga kali kedutan, aku memuntahkan segala cairan kental isi penis aku ke wajah Lina.

“Ma.. Maaf, Kak. Aku nggak sengaja.” Lina bukannya naik darah tapi bahkan tersenyum bersuka ria. Dijilatinya air mani aku yang ada di wajahnya.
Mengenal bahwa dirinya tak kebagian cairan sedap aku, Rita menjulur-julurkan lidahnya ke arah wajah Lina. Dia ikut serta menjilat-jilati wajah Lina seperti minta komponen. Lina tampaknya mengalah. Tiba-tiba bibirnya yang merah merekah mengecup bibir Rita. Dan Rita bahkan membalasnya. Sementara tangannya mulai meremas-remas dua tonjolan bulat yang ada di dada Lina.

“Ah.. Rit.. Terusin.. Ah..” Persetujuan Lina ini membikin Rita melanjutkan kegiatannya. Dia melepaskan kaus oblong yang dikenakan Lina. Kemudian tangan kirinya diselipkan ke balik BH Lina yang berwarna putih. Diremas-remasnya payudara mulus Lina yang bulat membusung. Setelah itu tangannya beralih ke punggung Lina. Dibukanya pengikat BH Lina. Dan tidak terhalangi lagi payudara Lina yang cantik seperti buah mangga harumanis yang ranum, dengan puting susunya yang tinggi melambung menggemaskan dikeliling oleh lingkaran kemerahan yang cukup lebar. Tanpa berkeinginan melepaskan kans emas ini, mulut Rita lantas menggilas puting susu Lina yang mulai menegang. Dengan lidahnya yang menjulur-julur seperti ular, dijilatinya ujung puting susu yang menggairahkan itu. Sekali-sekali disedotnya puting susu itu, membikin mata Lina mendelik kenikmatan.
Memandang tindakan kedua senior aku itu, tidak aku sadari, penis aku yang tadi telah loyo bangkit kembali dan kian mengeras.

Sekonyong-konyong Lina melepaskan diri dari jamahan Rita. Dia memandangi sahabatnya dengan wajah seperti memohon. Rita bahkan memahami apa maksud Lina. Dia menanggalkan seluruh baju yang dikenakannya, lalu merebahkan tubuh bugilnya yang mulus di rumput dengan beralaskan baju yang sudah dilepasnya tadi. Mulut Lina lantas menyergap payudara Rita yang berukuran besar laksana buah pepaya bangkok tetapi kelihatan kenyal dan pesat. Lidahnya menjelajahi tiap-tiap inci komponen payudara sahabatnya yang memang cantik dan membusung itu, termasuk celah-celah yang membelah kedua bukit kembar dengan ujungnya yang mencuat tinggi itu.

Dengan terampil Lina menggesek-gesekkan ujung lidahnya yang berair ke ujung puting susu Rita yang tinggi dan keras, membikin Rita menggerinjal keras sementara mulutnya mendesis-desis bak ular yang siap menerkam mangsanya. Sementara tangan kirinya menyusuri selangkangan Rita. Dia mempermainkan clitoris memerah yang ada di bibir Miss V Rita. Diusap-usapnya daging kecil pembawa sedap itu dengan halusnya dengan jari tengahnya. Diimbangi dengan gerakan naik-turun bokong Rita yang bahenol itu. Kemudian dengan sekali gerakan, Lina menyodokkan jari telunjuk, jari tengah, dan jari manisnya sekalian ke dalam Miss V Rita, membikin tubuh sahabatnya ini terhentak keras ke atas. Rita kelihatan memejamkan matanya menikmati kenikmatan yang tak dapat ditandingi oleh apa saja di dunia ini dikala Lina memainkan ketiga jarinya itu masuk-keluar Miss V Rita, makin lama makin kencang.

Menyaksikan panorama yang cantik ini, insting kelaki-lakian aku mendukung aku menghampiri kedua cewek yang tengah dilanda nafsu daya seksualitas itu. Dengan sedikit rasa takut dan ragu-ragu, aku pegang pinggang Lina. Sesudah menyadari tak adanya penolakan, membikin rasa keberanian aku muncul, ditambah oleh rasa aneh di selangkangan aku yang telah meminta untuk dilampiaskan. Aku membuka retsleting celana panjang Lina kemudian aku turunkan celana panjang itu berikut celana dalam yang digunakannya hingga sebatas mata kaki. Segera itu juga tercium wangi-wangian khas nan segar dari selangkangan Lina yang terpampang bebas. Tanpa menunda-nunda lagi, aku langsung menghunjamkan penis aku ke dalam Miss V Lina dengan keras dari belakang, membikin cewek itu menjerit kecil, “Ouuhh..
”“Ah.., terusin.., lebih pesat.., lebih dalam..,. Ouhh..”, Desah-desahan penuh kenikmatan dari Lina membikin aku tambah bernafsu. Aku kian mempertinggi intensitas masuk-keluarnya gerakan penis aku di dalam Miss V Lina, mengakibatkan tubuh molek gadis itu berguncang-guncang dengan keras. Kedua payudaranya yang menggantung molek di dadanya dan ikut serta bergoyang-goyang mengimbangi guncangan tubuhnya sedang digilas oleh Rita. Puting susunya yang melambung itu tengah diisap-isap oleh sahabatnya, kian membikin Lina mendesah-desah hebat. Sementara di komponen bawah, aku masih mempermainkan penis aku terus-menerus di dalam vaginanya, membikin Lina kehilangan keseimbangan. Tubuhnya yang putih dan mulus jatuh menindih tubuh Rita yang ada di bawahnya. Tetapi ini tak menghentikan permainan kita.
“uuh.., Kak.., Aku telah berkeinginan keluar.., Berkeinginan.., di dalam.., atau.., di luar..?”, Aku menikmati telah tak kapabel lagi membendung gejolak yang ada di burun aku.

“hh.., Di dalam aja.., Ouhh..”, jawab Lina sambil terus menggerinjal. Akibatnya permainan kita berakhir telah, diakhiri dengan ditembakkannya lagi cairan-cairan kental berwarna putih dari penis aku ke dalam Miss V Lina. Aku dengan penis masih berada di dalam Miss V Lina terkulai lemas di samping tubuh cewek itu yang dengan lemas masih menindih tubuh Rita yang kelihatannya kurang puas.
“Kau masih punya hutang lho sama gue”, kata Rita mengingatkan aku. Aku tak menjawab, cuma mengangguk saja.

Lima menit lamanya kami terdiam. Sesudah itu kami bangkit dan membereskan baju kami kembali, berbarengan dengan berakhirnya acara briefing malam itu. Dengan mengendap-endap sesudah menengok ke sekeliling khususnya dulu kami bertiga keluar dari daerah persembunyian kami, kemudian dengan perasaan sepertinya tak pernah terjadi apa-apa, kami kembali ke kemah kami masing-masing untuk bergabung dengan sahabat-sahabat lainnya.
“Eh, kau tadi ngapain bertiga sama Kak Rita dan Kak Lina?”, tanya salah seorang sahabat aku satu kemah. Aku cuma tersenyum penuh arti.
Share:

Label

Recent Posts

Viewer

Sponsor